LAPORAN
PENELITIAN
PROFIL
PETERNAKAN KABUPATEN MIMIKA
(studi
kasus distrik Kwamki Narama dan Amar)
OLEH
LUKAS YOWEL SONBAIT
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
2020
Profil
Kabupaten Mimika
Kabupaten Mimika adalah salah salah satu kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Timika. Di kabupaten ini terletak Kecamatan
Tembagapura di mana tambang emas terbesar di dunia milik PT. Freeport Indonesia
berada. Terdapat sebuah bandar udara nasional di kabupaten ini,
yaitu Bandara Moses Kilangin yang
terletak di Timika. Serta pelabuhan Nasional, di Poumako. Keadaan
Geografis Kabupaten Mimika yang beribukota di Timika, terletak antara 134031’-
138031’ Bujur Timur dan 4060’-5 018’ Lintang Selatan. Memiliki luas wilayah
19.592 km2 atau 4,75% dari luas wilayah Provinsi Papua dengan topografi dataran
tinggi dan rendah. Batas wilayah kabupaten Mimika meliputi: Kabupaten Mimika sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Paniai, Kabupaten Deiyai dan Kabupaten Puncak Jaya, sebelah Selatan
dengan Laut Arafuru, sebelah Timur dengan Kabupaten Asmat dan Kabupaten Nduga, sedangkan sebelah Barat dengan Kabupaten Kaimana. Kabupaten ini
memiliki 18 Distrik/Distrik.
Distrik-distrik
tersebut yaitu Mimika Baru, Kwamki Narama, Wania, Iwaka, Kuala Kencana, Mimika
Timur, Mimika Timur Jauh, Mimika Tengah, Mimika Barat, Amar, Mimika Barat
Tengah, Mimika Barat Jauh, Jita, Agimuga, Jila, Alama, Hoya dan Tembagapura
Dari 18 distrik di Kabupaten Mimika, Distrik Mimika Barat Jauh memiliki wilayah
terluas yaitu 14,64% dan Distrik Iwaka sebagai distrik terkecil wilayahnya,
yaitu hanya 1,45% dari keseluruhan wilayah Kabupaten Mimika. Wilayah Kabupaten
Mimika memiliki topografi dataran tinggi dan dataran rendah. Distrik yang
bertopografi dataran tinggi adalah Tembagapura, Agimuga dan Jila.
Distrik-distrik selain ketiga distrik tersebut merupakan distrik-distrik yang
memiliki topografi dataran rendah. Distrik Mimika Baru, Kuala Kencana,
Tembagapura dan Jila adalah distrik yang tidak memiliki pantai. Iklim Rata-rata
suhu udara minimum di wilayah Mimika selama tahun 2017 sebesar 25,2 0C dan
maksimum 27,3 0C. Sedangkan rata-rata tekanan udara di wilayah Mimika selama
tahun 2017 sebesar 1.011,23 Mbs. Kelembaban udara di Kabupaten Mimika rata-rata
sebesar 88,17% dengan kelembaban udara tertinggi pada bulan Juli. Selanjutnya
curah hujan tertinggi di Kabupaten Mimika tahun 2017 terjadi pada bulan Agustus
yaitu sebesar 850,9 mm dan terendah pada bulan Januari sebesar 261 mm. Jumlah
hari hujan di Kabupaten Mimika menurut pantauan Stasiun BMG Timika mempunyai
jarak (rentang) antara 24 – 29 hari pada 2017.
Jumlah
hari hujan sebesar 24 hari terjadi pada bulan November, sedangkan jumlah hari
hujan 29 hari terjadi pada bulan Juli, September dan Oktober 2017. Hampir
setiap hari di Timika turun hujan, hal ini dapat terlihat dari rentang waktu
hari hujan yang berada pada kisaran 24 – 29 hari hujan. Curah hujan yang tinggi
di Kabupaten Mimika, sangatlah bermanfaat bagi mayoritas masyarakatnya, karena
air hujan digunakan untuk air minum.
Komoditas
Unggulan Peternakan
Pengembangan
pertanian khususnya dibidang sub
sektor peternakan adalah pengembangan ternak
babi, ayam buras, kambing dan sapi potong. Jenis ternak ini membawa prospek
yang cerah diwilayah Kabupaten
Mimika, namun perlu diperhatikan saluran agribisnis mulai dari hulu sampai
dihilir harus diperhatikan. Masalah
utama yang dihadapi oleh peternak adalah kurangnya modal usaha, bibit ternak,
pelatihan-pelatihan, rendahnya
akses terhadap layanan jasa pendidikan dan kesehatan yang bermutu dan terjangkau,
rendahnya investasi baik masyarakat maupun perusahaan, terbatasnya prasarana
dasar seperti seperti sarana jalan dan listrik, terbatasnya layanan
transportasi darat yang menghubungkan antar distrik di Mimika, serta
terbatasnya akses pemasaran.
Untuk mengoptimalkan efisiensi nilai produksi dan
pendapatan peternak maka perlu
ditunjang dengan fasilitas penampungan atau koperasi yang diharapkan
pendistribusian hasil dapat diakomodir dan dapat dilakukan secara kolektif. Partisipasi masyarakat sangat mendukung dalam hal Pemberian tanah, lokasi usaha. Keterbukaan untuk menerima program
pengembangan komoditi ternak besar seperti babi, sapi dan kambing. Daerah
pengembangan ternak sapi dan babi mempunyai prospek baik di semua distrik di
daerah ini. Produksi peternakan diutamakan untuk saat ini adalah konsumsi lokal
dalam rangka pemenuhan dan peningkatan gizi yang bersumber dari protein hewan
(daging dan telur). Lokasi pengembangan adalah di Kwamki Narama, Iwaka,
Kuala Kencana, Mimika Timur, Wania dan Mimika Baru.
Tabel
1. Keragaan Sumberdaya Peternakan pada 18 Distrik di Kabupaten Mimika
No |
Distrik |
Jenis Komoditas Peternakan |
|||||||||
Sapi |
Kambing |
Babi |
Ayam Buras |
Itik |
|||||||
(1) |
(2) |
2016 (3) |
2017 (4) |
2016 (5) |
2017 (6) |
2016 (7) |
2017 (8) |
2016 (9) |
2017 (10) |
2016 (11) |
2017 (12) |
1. |
Agimuga |
169 |
202 |
- |
- |
72 |
- |
146 |
286 |
- |
- |
2. |
Amar |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
3. |
Alama |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
4. |
Hoya |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
5. |
Iwaka |
514 |
425 |
259 |
782 |
1823 |
1028 |
4465 |
1277 |
2100 |
599 |
6. |
Jila |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
7. |
Jlta |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
8. |
Kuala Kencana |
401 |
318 |
267 |
316 |
6437 |
6953 |
5543 |
5568 |
2522 |
1781 |
9. |
Kwamki Narama |
- |
- |
- |
- |
3106 |
3197 |
- |
- |
-- |
- |
10. |
Mimika Barat |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
59 |
118 |
2 |
- |
11. |
Mimika Barat Jauh |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
121 |
242 |
- |
- |
12. |
Mimika Barat Tengah |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
1720 |
2920 |
- |
- |
13. |
Mimika Baru |
213 |
180 |
196 |
285 |
2337 |
6810 |
42506 |
44816 |
19246 |
10601 |
14. |
Mimika Tengah |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
4701 |
7618 |
- |
- |
15. |
Mimika Timur |
41 |
47 |
121 |
195 |
725 |
1044 |
5786 |
6812 |
2372 |
1041 |
16. |
Mimika Timur Jauh |
- |
- |
- |
- |
74 |
68 |
- |
- |
- |
- |
17. |
Tembagapura |
- |
- |
- |
- |
1219 |
2484 |
- |
- |
- |
- |
18. |
Wania |
234 |
235 |
232 |
388 |
682 |
1104 |
6552 |
3329 |
3438 |
4469 |
Total |
1572 |
1307 |
1075 |
1966 |
16477 |
22688 |
71599 |
72986 |
29680 |
18491 |
Sumber: Kabupaten Mimika dalam Angka, Tahun 2017 & 2018
Populasi
ternak pada akhir tahun 2017 di Kabupaten Mimika sebagai berikut; ternak babi
sebesar 22.688 ekor, ternak kambing 1.966 ekor, serta ternak sapi 1.307 ekor.
Jumlah ternak yang di potong, baik di RPH maupun di luar RPH masing-masing,
babi 5.020 ekor, kambing 86 ekor dan sapi 625 ekor. Populasi unggas menurut
jenisnya adalah sebagai berikut; ayam buras mencapai 72.986 ekor, ayam ras
pedaging 80.366 ekor, ayam ras petelur sebanyak 324.865 ekor, dan itik tercatat
18.491 ekorBerdasarkan data diatas menunjukkan bahwa populasi
ternak pada umumnya tidak merata di beberapa distrik di Mimika. Berdasarkan data
menunjukkan bahwa potensi unggulan peternakan di Distrik Iwaka, Kuala Kencana,
Mimika Baru, Mimika Timur dan Wania didominasi oleh ayam kampung (Gallus domesticus) ternak babi (Sus Scrofa), kambing (Capra sp) dan sapi potong (bos sondaicus).
Berdasarkan
data populasi ternak di Kabupaten Mimika, diketahui bahwa, ternak ayam buras
memiliki populasi tertinggi, hal ini disebabkan karena siklus perkembangbiakan
ternak yang cepat mudah dalam pemeliharaan. Untuk komoditi ternak diatas merupakan komoditi
potensial distrik yang apabila dikembangkan dimasa akan datang akan mendukung
ekonomi masyarakat serta mampu memenuhi kebutuhan protein hewani selain
produk-produk dari perikanan maupun hasil buruan masyarakat terhadap satwa di
alam. Populasi tertinggi di dominasi oleh ayam kampung, babi serta kambing dan
itik. Berdasarkan hasil survei di lapangan, jumlah populasi ternak seperti
ternak babi dan ayam buras hampir dipelihara disemua distrik. Pelatihan dan bimbingan teknis oleh penyuluh bagi petani peternak yang
kontinyu dan berkesinambungan harus terus dilakukan.
Tabel diatas juga
menunjukkan bahwa jumlah jenis
komoditi peternakan masih sangat terbatas dan teknik pengusahaan yang masih
tradisional sehingga berdampak pada jumlah populasi ternak yang perlu
ditingkatkan melalui pengadaan ternak dan pencegahan penyakit serta di dukung
oleh penyuluh lapangan.
ANALISIS WILAYAH
a. Kesesuaian Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang
mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah,
hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya
secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan
dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai
aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang,
seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau tindakan
konservasi tanah pada suatu lahan tertentu. Penggunaan yang optimal memerlukan
keterkaitan dengan karakteristik dan kualitas lahannya. Di
Provinsi Papua lahan potensial untuk pertanian seluas 6,19 juta ha telah
dimanfaatkan untuk pertanian, kehutanan (HTI), dan usaha pertambangan seluas
549.150 Ha. Dengan demikian lahan yang masih dapat diarahkan untuk pengembangan
pertanian seluas 5,6 juta ha. Lahan berpotensi untuk pengembangan komoditas
unggulan di Papua dibagi dalam tiga kawasan, yakni: (a) kawasan pantai, (b)
kawasan dataran rendah dan rawa, dan (c) kawasan pegunungan. Kemampuan ketiga
kawasan tersebut cukup potensial dalam mendukung pengembangan komoditas
unggulan. Berdasarkan data Litbang Pertanian, 2013, Kabupaten Mimika memiliki
kawasan dataran rendah, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2. Lahan
di Kawasan Dataran Rendah untuk komoditas Pertanian Unggulan di Provinsi Papua.
Kawasan
Kabupaten |
Lahan
Potensial (Ha) |
Lahan
Dimanfaatkan (Ha) |
Lahan Tersedia
(Ha) |
Lahan
Pengembangan Peternakan (Ha) |
Merauke |
2.145.625 |
250.246 |
1.895.379 |
32.439 |
Boven Digoel |
912.933 |
74.147 |
838.786 |
4.634 |
Mapi |
755.371 |
53.293 |
702.078 |
76.464 |
Asmat |
231.709 |
20.854 |
210.855 |
16.220 |
Mimika |
139.025 |
Tt |
139.025 |
11.585 |
Total |
4.184.663 |
398.540 |
3.786.123 |
141.342 |
Sumber:
Litbang Pertanian, 2012
Berdasarkan
tabel 2 diatas, lahan pengembangan untuk komoditas peternakan di kabupaten Mimika
mencapai 11.585 Ha, yang diarahkan pada pengembangan ternak ruminansia,
kaitannya dengan potensi kesesuaian lahan prospektif pengembangan hijauan pakan
ternak (HPT) di lokasi. Jenis pakan ternak yang bisa dikembangkan dan tersedia adalah jenis pakan yang dikonsumsi oleh ternak sapi bali
dipadang penggembalaan adalah rumput potong seperti rumput Gajah (Penisetum purpureum), Kolonjono (Brachiaria mutica) dan lamtoro (Leucaena
glauca), sedangkan jenis pakan yang sering di konsumsi rumput potong adalah
: Rumput gajah (Penisetum purpureum)
dan rumput raja (King grass), kedua
jenis rumput ini sangat di sukai ternak sehinga pertumbuhan rumput ini sangat
lambat, karena belum tumbuh dengan baik ternak sudah merenggutnya kembali.
Hijauan leguminosa yang sedangkan rumput lapangan sudah tersedia.
Profil Distrik
Amar
Distrik
Amar yang beribukota di Kampung Amar, terletak antara 136,4610 Bujur Timur dan
4,4748 Lintang Selatan. Memiliki luas wilayah 1.851,72 km2 atau 8.56 % dari
luas wilayah Kabupaten Mimika. Distrik ini memiliki 6 Kampung. Kampung-kampung
tersebut yaitu Amar, Kawar, Manuare, Ipiri, Paripi dan Yaraya. Dari 6 kampung
di Distrik Amar, Kampung Amar memiliki wilayah terluas (25,18 persen) dan
Kampung Manuare sebagai distrik yang terkecil wilayahnya, yaitu hanya 5,58%
dari keseluruhan wilayah Distrik Amar. Disebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Paniai, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafuru, sebelah barat
berbatasan dengan Distrik Mimika Barat dan sebelah timur berbatasan dengan
Distrik Mimika Barat Tengah. Distrik Amar terdiri atas enam
Kampung yaitu kampung Manuare, Kawar, Amar, Ipiri, Paripi, dan Yaraya. Dari
ketujuh kampung tersebut semuanya berstatus kampung swadaya. Jumlah penduduk
Distrik Amar pada tahun 2016 adalah 1.928 orang dan terjadi penambahan pada tahun
2017 berjumlah 1.973 orang, terdiri dari 1.031 orang laki-laki (52 persen) dan
942 orang perempuan (48 persen).
Jenis dan Produksi Ternak
Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jenis ternak
di Distrik Amar adalah ternak babi (Sus Scrofa) dan ayam kampung (Gallus domesticus) dan kambing. Populasi
ternak masih terdata bersala dari distrik induk yaitu distrik Mimika Barat,
sehingga belum bisa ditampilkan.
Profil Distrik Kwamki Narama
Distrik Kwamki Narama yang
beribukota di Kelurahan Harapan, terletak antara 1340 56’ 30” Bujur Timur dan
40 18’14” Lintang Selatan. Distrik Kwamki Narama memiliki luas wilayah sebesar
12,9 km2 . Distrik ini memiliki 1 kelurahan dan 9 kampung yaitu Kelurahan
Harapan, Kampung Mekurima, Kampung Landum Mekar, Kampung Olaroa, Kampung
Bintang Lima, Kampung Damai, Kampung Walani, Kampung Amole, Kampung Lamopi, dan
Kampung Tunas Matoa. Wilayah Distrik Kwamki Narama termasuk dalam daerah
topografi dataran rendah. Ketinggian rata-rata distrik Kwamki Narama adalah
sekitar 100,5 m diatas permukaan air laut. Di
bagian utara Distrik Kwamki Narama berbatasan dengan Distrik Kuala Kencana dan
Tembagapura, sedangkan di bagian selatan dibatasi oleh Distrik Wania. Untuk di
sebelah barat, Distrik Kwamki Narama dibatasi oleh Distrik Iwaka dan berbatasan
dengan Distrik Mimika Baru di bagian timur. Distrik Kwamki Narama terdiri atas
sembilan kampung dan satu kelurahan yaitu Kelurahan Harapan, Kampung Mekurima,
Kampung Landum Mekar, Kampung Olaroa, Kampung Bintang Lima, Kampung Damai, Kampung
Walani, Kampung Amole, Kampung Lamopi, dan Kampung Tunas Matoa.
Jumlah penduduk Distrik Kwamki
Narama pada tahun 2015 adalah 6.920 orang, terdiri dari 3.639 orang laki-laki
(52,58 persen) dan 3.281 orang perempuan (47,42 persen). Sedangkan pada tahun 2017
berjumlah 7.200 orang, terdiri dari 3.800 orang laki-laki (52,78 persen) dan
3.400 orang perempuan (47,22 persen). UntuK populasi ternak di wilayah ini pada
tahun 2017, populasi ternak besar yang ada di Distrik Kwamki Narama adalah babi
dengan jumlah masing-masing 3.197 ekor.
Jenis dan Produksi Ternak
Jenis ternak di Distrik Kwamki Narama adalah ternak babi (Sus Scrofa)
Tabel 1. Populasi Ternak Distrik Kwamki Narama
No |
Distrik |
Jenis Ternak |
|||||||
Sapi |
Kambing |
Babi |
Ayam Buras |
||||||
|
Tahun |
2016 |
2017 |
2016 |
2017 |
2016 |
2017 |
2016 |
2017 |
1 |
Kwamki Narama |
|
|
|
|
3106 |
3197 |
|
|
Total |
|
|
|
|
3106 |
3197 |
|
|
Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Mimika, 2017
Untuk
komoditi ternak babi merupakan komoditi yang potensial distrik yang
apabila dikembangkan dimasa akan datang akan mendukung ekonomi masyarakat serta
mampu memenuhi kebutuhan protein hewani selain produk dari perikanan maupun
hasil buruan masyarakat terhadap satwa di alam.
Arah Pengembangan
Peternakan Kabupaten Mimika
Keikutsertaan
pihak swasta khususnya investor sangat diharapkan untuk tujuan komersial.
Selain itu juga peran stakeholder dalam peningkatan produksi sangat diperlukan
terutama dengan diadakan pelatihan dan magang menyangkut sistem pemeliharaan
ternak, ketersediaan penyuluh lapangan serta pemberian bibit ternak yang sesuai
dengan kondisi di daerah. Dalam meningkatkan
pembangunan peternakan di kabupaten Mimika saat ini, perlu dilakukan
pendekatan pola kawasan agribisnis berbasis peternakan, sehingga masyarakat di
arahkan untuk berpikir bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Pengembangan
agribisnis peternakan dapat berkembang melalui subsistem Agribisnis Hulu yaitu
(up stream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang mengh asilkan
peningkatan sarana produksi pertanian &
inovasi teknologi peternakan yang terdiri dari usaha pembibitan yang
dilakukan baik swasta, pemerintah maupun peternak. Keterlibatan
swasta misalnya, Pemda Kabupaten Mimika untuk menyediakan bibit ternak ayam dan
pakan untuk dikembangkan di Mimika. Pemerintah juga dapat memberikan stimulus
berupa bantuan ternak sapi, kambing maupun babi dalam bentuk gaduhan ataupun
Bantuan Langsung pada Masyarakat (BLM)
untuk di kembangkan di semua lokasi potensi. Penyediaan pakan ternak yang
kontinyu harus segera dipikirkan baik berupa hijuan maupun konsentrat ataupun
memanfaatkan limbah pertanian dan perikanan sebagai pakan tambahan serta
penyediaan obat yang selalu ada. Sub sistem usahatani (on farm agribusiness), dimana pemerintah sudah harus
memperhatikan potensi-potensi unggulan ternak yang diprioitas untuk
dikembangkan. Selanjutnya yaitu melakukan kegiatan ekonomi yang
mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam bentuk yang
siap untuk dimasak atau siap saji (ready to cook/ready to used) atau
siap untuk dikonsumsi (ready to eat) beserta kegiatan perdagangannya di
pasar domestik selanjutnya ke pasar internasional atau yang biasanya disebut subsistem agribisnis hilir (down-stream
agribusiness). Semuanya dapat terlaksana harus didukung oleh program
pemerintah Kabupaten Mimika lewat subsistem
jasa layanan pendukung seperti memfasilitasi perkreditan bagi peternak,
asuransi, transportasi untuk pemasaran hasil produk, pergudangan, penyuluhan
yang baik dan intensif serta kebijakan pemerintah. Pemerintah daerah sebagai penentu kebijakan dalam rangka
pengembangan sub sektor peternakan dituntut berperan dalam peningkatan
agribisnis peternakan di Kabupaten Mimika dengan arah pengembangan meliputi:
a) Pola pembangunan infrastruktur transportasi yang
memadai terutama transportasi darat dan
aliran sungai. Kebutuhan infrastruktur transportasi adalah mutlak terkait dengan pengembangan investasi baik di
sektorpeternakan maupun sektor yang lain.
b)
Kemudahan
perijinan usaha dan bisnis UKM berbasis ekonomi peternakan
c)
Kredit dan
permodalan kepada UKM ternak dan hasil ternak
d)
Pembentukan
kelembagaan peternak secara formal
e)
Kemitraan
antara peteranak dan stekholder lainnya.
f) Penetapan pusat-pusat perdagangan dan pemasaran
ternak secara lokal, wilayah dan regional.
g) Meningkatkan jiwa kewirausahaan atau enterpreneurship bagi petani di
Kabupaten Mimika
DAFTAR
PUSTAKA
BPS Kabupaten Mimika 2017. Mimika dalam Angka. Mimika
Badan
Litbang Pertanian. 2012. Laporan
Penelitian Arahan Percepatan Pembangunan Pertanian Berbasis Sumberdaya Provinsi
Papua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
BPS
Kabupaten Mimika 2018. Mimika Dalam
Angka. Mimika.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2001. Rencana Strategis dan Program Kerja Pembangunan Produksi Peternakan
Tahun 2001 – 2004. Departemen Pertanian, Jakarta.
FAO, 1967. A
Framework For Land Evaluation. FAO Soil Bull. No. 32.