Evaluasi Kinerja Pembangunan Peternakan di Provinsi Papua

EVALUASI KINERJA PEMBANGUNAN PETERNAKAN PROVINSI PAPUA

(EVALUATION OF HUSBANDRY MANAJEMEN DEVELOPMENT IN PAPUA PROVINCE)

Lukas Y. Sonbait

Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari

Pendahuluan

Provinsi Papua yang luasnya mencapai 317.062 km², memiliki luas perairan 228.000 km. Wilayah ini juga memiliki potensi lestari kayu komersial 540 juta m³, menghasilkan 1,3 juta ton potensi lestari perikanan per tahun. Terdapat deposit 2,5 miliar bahan tambang emas dan batubara, hanya di kawasan konsesi PT Freeport. Memiliki kawasan hutan 42.224.840 ha, terdiri dari hutan lindung 10.619.090 ha, kawasan konservasi 9.704.300 ha, hutan produksi 10.585.210 ha, hutan produksi terbatas 2.051.110 ha, dan hutan konversi 9.262.130 ha. Luas hutan konversi ini dapat digarap menjadi lahan perkebunan, tanaman pangan, holtikultura, dan peternakan produktif. Luasan hutan konversi ini baru 2,36% yang dimanfaatkan, selebihnya masih berupa potensi yang tidak akan memberikan manfaat apa-apa bagi rakyat Papua kecuali diolah.

Meski kaya dengan sumberdaya alam, fakta menunjukkan dari jumlah rumah tangga yang mencapai 480.578, lebih dari 80 persen adalah rumah tangga miskin. Kelompok ini bermukim di kampung-kampung, pesisir pantai, pulau-pulau kecil, pegunungan dan pedalaman. Dapat dipastikan sebagian besar diantaranya menggantungkan hidup di sektor pertanian dalam arti luas yaitu tanaman pangan, perkebunan, perikanan, kehutanan termasuk peternakan yang sudah lebih dari 4 dekade melakukan introduksi dan redistribusi berbagai jenis ternak, namun penampilan produksi belum menunjukkan trend yang mampu mendukung program swasembada, malahan sebaliknya kasus degenerasi pada beberapa jenis ternak makin dominan.

Oleh sebab itu, kinerja pembangunan peternakan perlu dievaluasi, meski disadari beberapa fungsi manajemen, aspek evaluasi dinilai sulit dilakukan karena beberapa alasan: bervariasinya program dan kegiatan yang dijalankan di provinsi maupun kabupaten/kota yang menjalankan fungsi peternakan, dan bervariasinya tolok ukur yang menjadi pedoman evaluasi. Meski demikian, evaluasi kinerja pembangunan peternakan menjadi sangat penting dilakukan untuk mendapatkan informasi akurat bagi kepentingan perencanaan pembangunan peternakan berikutnya.

Beberapa tujuan yang dicapai dari hasil penelitian ini adalah:

1. Mengetahui kinerja pembangunan peternakan yang mencakup 5 tujuan pembangunan peternakan yaitu kualitas dan kuantitas bibit ternak, budidaya, kesehatan hewan, jaminan keamanan pangan hewani yang ASUH, dan pelayanan prima masyarakat peternakan;

2. Mengetahui kinerja kegiatan utama pembangunan peternakan yang meliputi program percepatan swasembada daging sapi (P2SDS), restrukturisasi perunggasan (RP), restrukturisasi industri persusuan (RPS), dan penanggulangan avian influenza (AI);

3. Mendapatkan umpan balik dari daerah terkait program pembangunan peternakan berdasarkan kebijakan pusat.

Metoda

Kegiatan evaluasi kinerja ini dilaksanakan pada dinas yang menjalankan fungsi peternakan baik provinsi maupun kabupaten/kota. Ada 4 (empat) kabupaten dan 1 (satu) kota yang dipilih, yaitu Kabupaten Jayapura, Keerom, Merauke, Biak Numfor, dan Kotamadya Jayapura. Data yang dihimpun adalah data sekunder dan wawancara dengan penanggung jawab kegiatan dan responden kunci. Analisis dilakukan secara tabulasi.

Hasil dan Pembahasan

1. Evaluasi kinerja tujuan pembangunan peternakan

Kinerja Tujuan Pembangunan Peternakan

Nilai Tujuan

Kesimpulan Tujuan

I. Peningkatan kualitas dan kuantitas bibit ternak

46,01

Cukup

II. Pengembangan usaha budidaya untuk meningkatkan populasi, produktivitas dan produksi ternak

64,28

Baik

III. Peningkatan dan mempertahankan status kesehatan hewan

54,24

Cukup

IV. Peningkatan jaminan keamanan pangan hewani yang ASUH

22,55

Kurang

V. Peningkatan pelayanan prima pada masyarakat peternakan

40,19

Cukup

Upaya perbaikan mutu genetik (regenerasi) ternak melalui program perbibitan (breeding centre) dan breeding farm belum menjadi fokus utama. Sebaliknya, budidaya ternak dengan introduksi dan redistribusi bibit tanpa sistem dan prosedur seleksi yang ketat masih menjadi fenomena klasik. Status kesehatan hewan mengalami peningkatan aktivitas sehubungan dengan berkembangnya isu beberapa penyakit hewan menular (zoonosis). Jaminan keamanan pangan hewani yang ASUH belum menjadi prioritas utama, sedangkan pelayanan prima masyarakat peternakan belum optimal sebagai konsekuensi terbatasnya jumlah dan mutu pelayanan karena sumberdaya manusia peternakan yang terbatas.

2. Evaluasi kinerja kegiatan utama pembangunan peternakan

Kinerja Kegiatan Utama Pembangunan Peternakan

Nilai

Kesimpulan

Percepatan pencapaian swasembada daging sapi (P2SDS)

62,76

Potensial Tercapai

Restrukturisasi perunggasan (RP)

50,42

Cukup

Restrukturisasi industri persusuan (RPS)

53,48

Cukup

Penanggulangan avian influenza (AI)

51,85

Cukup

P2SDS berpotensi untuk dicapai karena besarnya daya dukung pakan yang bersumber dari hijauan dan limbah pertanian/perkebunan, namun belum diikuti program penggemukan (fattening). RP mulai dibenahi melalui restrukturisasi perunggasan dengan penataan pemeliharaan unggas di pemukiman. RPS belum berkontribusi pada suplai susu segar, namun pengembangan ternak perah dan pengadaan konsentrat lokal sebagai pakan tambahan merupakan daya dukung yang potensial. Upaya pemutusan mata rantai berjangkitnya penyakit avian influenza (AI) terus menjadi prioritas dalam mengembangkan ternak unggas.

3. Persepsi daerah terhadap kebijakan pembangunan peternakan pusat

No

Aspek

Nilai

Kesimpulan

Faktor Penyebab (Rangking)***

Koordinasi

Peraturan

Kewenangan

Konsistensi

A

Kebijakan

5.97

Puas

2.13

2.38

2.45

2.93

B

Program dan kegiatan

6.27

Puas

2.10

2.15

2.05

2.80

C

Target dan sasaran

6.37

Puas

2.43

2.33

2.07

2.63

D

Kewenangan

4.90

Tidak Puas

.17

2.30

2.57

2.77

E

Pendanaan

5.17

Puas

2.03

1.77

1.93

2.53

F

Kelembagaan

5.75

Puas

1.90

2.15

1.70

2.35

Persepsi daerah bersumber dari pejabat dan petugas yang menjalankan fungsi peternakan di provinsi dan kabupaten/kota, pihak perguruan tinggi dan praktisi peternakan. Informasi ini memberikan penilaian terhadap kebijakan pembangunan peternakan pusat yang diimplementasikan ke daerah. Terdapat jawaban yang bervariasi yaitu ada yang puas dan tidak puas. Dari keenam variabel yaitu kebijakan, program dan kegiatan, target dan sasaran, kewenangan, pendanaan, dan kelembagaan, ternyata variabel kewenangan dinilai tidak mengakomodir apa yang menjadi keinginan daerah.

Kesimpulan

1. Kinerja pembangunan peternakan memiliki 5 tujuan, peningkatan kualitas dan kuantitas bibit ternak dinilai cukup, usaha budidaya dinilai baik, status kesehatan hewan dinilai cukup, jaminan keamanan pangan hewani yang ASUH dinilai kurang, dan peningkatan pelayanan prima masyarakat peternakan juga cukup.

2. Kinerja kegiatan utama pembangunan peternakan melalui program P2SDS berpotensi untuk dicapai, RP cukup, RPS cukup, dan AI juga cukup.

3. Persepsi daerah terhadap kebijakan pembangunan peternakan pusat yang diimplementasi ke daerah dari aspek kewenangan dinilai tidak mengakomodir apa yang menjadi keinginan daerah.

Minggu, 07 Maret 2021

 

LAPORAN PENELITIAN

PROFIL PETERNAKAN KABUPATEN MIMIKA

(studi kasus distrik Kwamki Narama dan Amar)

 

 

 

 

 

 

 

OLEH

LUKAS YOWEL SONBAIT

 

 


 

 

 

 

 

 

 

 

 


FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PAPUA

2020

 

 

 

 

Profil Kabupaten Mimika

Kabupaten Mimika adalah salah salah satu kabupaten di Provinsi Papua, IndonesiaIbu kota kabupaten ini terletak di Timika. Di kabupaten ini terletak Kecamatan Tembagapura di mana tambang emas terbesar di dunia milik PT. Freeport Indonesia berada. Terdapat sebuah bandar udara nasional di kabupaten ini, yaitu Bandara Moses Kilangin yang terletak di Timika. Serta pelabuhan Nasional, di Poumako. Keadaan Geografis Kabupaten Mimika yang beribukota di Timika, terletak antara 134031’- 138031’ Bujur Timur dan 4060’-5 018’ Lintang Selatan. Memiliki luas wilayah 19.592 km2 atau 4,75% dari luas wilayah Provinsi Papua dengan topografi dataran tinggi dan rendah. Batas wilayah kabupaten Mimika meliputi:  Kabupaten Mimika sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten PaniaiKabupaten Deiyai dan Kabupaten Puncak Jaya, sebelah Selatan dengan Laut Arafuru, sebelah Timur dengan Kabupaten Asmat dan Kabupaten Nduga, sedangkan sebelah Barat dengan Kabupaten Kaimana. Kabupaten ini memiliki 18 Distrik/Distrik.

Distrik-distrik tersebut yaitu Mimika Baru, Kwamki Narama, Wania, Iwaka, Kuala Kencana, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Mimika Tengah, Mimika Barat, Amar, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat Jauh, Jita, Agimuga, Jila, Alama, Hoya dan Tembagapura Dari 18 distrik di Kabupaten Mimika, Distrik Mimika Barat Jauh memiliki wilayah terluas yaitu 14,64% dan Distrik Iwaka sebagai distrik terkecil wilayahnya, yaitu hanya 1,45% dari keseluruhan wilayah Kabupaten Mimika. Wilayah Kabupaten Mimika memiliki topografi dataran tinggi dan dataran rendah. Distrik yang bertopografi dataran tinggi adalah Tembagapura, Agimuga dan Jila. Distrik-distrik selain ketiga distrik tersebut merupakan distrik-distrik yang memiliki topografi dataran rendah. Distrik Mimika Baru, Kuala Kencana, Tembagapura dan Jila adalah distrik yang tidak memiliki pantai. Iklim Rata-rata suhu udara minimum di wilayah Mimika selama tahun 2017 sebesar 25,2 0C dan maksimum 27,3 0C. Sedangkan rata-rata tekanan udara di wilayah Mimika selama tahun 2017 sebesar 1.011,23 Mbs. Kelembaban udara di Kabupaten Mimika rata-rata sebesar 88,17% dengan kelembaban udara tertinggi pada bulan Juli. Selanjutnya curah hujan tertinggi di Kabupaten Mimika tahun 2017 terjadi pada bulan Agustus yaitu sebesar 850,9 mm dan terendah pada bulan Januari sebesar 261 mm. Jumlah hari hujan di Kabupaten Mimika menurut pantauan Stasiun BMG Timika mempunyai jarak (rentang) antara 24 – 29 hari pada 2017.

Jumlah hari hujan sebesar 24 hari terjadi pada bulan November, sedangkan jumlah hari hujan 29 hari terjadi pada bulan Juli, September dan Oktober 2017. Hampir setiap hari di Timika turun hujan, hal ini dapat terlihat dari rentang waktu hari hujan yang berada pada kisaran 24 – 29 hari hujan. Curah hujan yang tinggi di Kabupaten Mimika, sangatlah bermanfaat bagi mayoritas masyarakatnya, karena air hujan digunakan untuk air minum.

 

Komoditas Unggulan Peternakan

Pengembangan pertanian khususnya dibidang sub sektor peternakan adalah pengembangan ternak babi, ayam buras, kambing dan sapi potong. Jenis ternak ini membawa prospek yang cerah diwilayah Kabupaten Mimika, namun perlu diperhatikan saluran agribisnis mulai dari hulu sampai dihilir harus diperhatikan. Masalah utama yang dihadapi oleh peternak adalah kurangnya modal usaha, bibit ternak, pelatihan-pelatihan, rendahnya akses terhadap layanan jasa pendidikan dan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, rendahnya investasi baik masyarakat maupun perusahaan, terbatasnya prasarana dasar seperti seperti sarana jalan dan listrik, terbatasnya layanan transportasi darat yang menghubungkan antar distrik di Mimika, serta terbatasnya akses pemasaran.

Untuk mengoptimalkan efisiensi nilai produksi dan pendapatan peternak maka perlu ditunjang dengan fasilitas penampungan atau koperasi yang diharapkan pendistribusian hasil dapat diakomodir dan dapat dilakukan secara kolektif. Partisipasi masyarakat sangat mendukung dalam hal  Pemberian tanah, lokasi usaha. Keterbukaan untuk menerima program pengembangan komoditi ternak besar seperti babi, sapi dan kambing. Daerah pengembangan ternak sapi dan babi mempunyai prospek baik di semua distrik di daerah ini. Produksi peternakan diutamakan untuk saat ini adalah konsumsi lokal dalam rangka pemenuhan dan peningkatan gizi yang bersumber dari protein hewan (daging dan telur). Lokasi pengembangan adalah di Kwamki Narama, Iwaka, Kuala Kencana, Mimika Timur, Wania dan Mimika Baru.

Tabel 1.  Keragaan Sumberdaya Peternakan pada 18 Distrik  di Kabupaten Mimika

 

No

 

Distrik

Jenis Komoditas Peternakan

Sapi

Kambing

Babi

Ayam Buras

Itik

   

 (1)

             

               (2)

2016

(3)

2017

(4)

2016

(5)

2017

(6)

2016

(7)

2017

(8)

2016

(9)

2017

(10)

2016

(11)

2017

(12)

1.

Agimuga

169

202

-

-

72

-

146

286

-

-

2.

Amar

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

3.

Alama

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

4.

Hoya

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

5.

Iwaka

514

425

259

782

1823

1028

4465

1277

2100

599

6.

Jila

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

7.

Jlta

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

8.

Kuala Kencana

401

318

267

316

6437

6953

5543

5568

2522

1781

9.

Kwamki Narama

-

-

-

-

3106

3197

-

-

--

-

10.

Mimika Barat

-

-

-

-

-

-

59

118

2

-

11.

Mimika Barat Jauh

-

-

-

-

-

-

121

242

-

-

12.

Mimika Barat Tengah

-

-

-

-

-

-

1720

2920

-

-

13.

Mimika Baru

213

180

196

285

2337

6810

42506

44816

19246

10601

14.

Mimika Tengah

-

-

-

-

-

-

4701

7618

-

-

15.

Mimika Timur

41

47

121

195

725

1044

5786

6812

2372

1041

16.

Mimika Timur Jauh

-

-

-

-

74

68

-

-

-

-

17.

Tembagapura

-

-

-

-

1219

2484

-

-

-

-

18.

Wania

234

235

232

388

682

1104

6552

3329

3438

4469

Total

1572

1307

1075

1966

16477

22688

71599

72986

29680

18491

Sumber: Kabupaten Mimika dalam Angka, Tahun 2017 &  2018

Populasi ternak pada akhir tahun 2017 di Kabupaten Mimika sebagai berikut; ternak babi sebesar 22.688 ekor, ternak kambing 1.966 ekor, serta ternak sapi 1.307 ekor. Jumlah ternak yang di potong, baik di RPH maupun di luar RPH masing-masing, babi 5.020 ekor, kambing 86 ekor dan sapi 625 ekor. Populasi unggas menurut jenisnya adalah sebagai berikut; ayam buras mencapai 72.986 ekor, ayam ras pedaging 80.366 ekor, ayam ras petelur sebanyak 324.865 ekor, dan itik tercatat 18.491 ekorText Box: Foto:Lukas Sonbait, Kouh 2015 Kouhk2015Berdasarkan data diatas menunjukkan bahwa populasi ternak pada umumnya tidak merata di beberapa distrik di Mimika. Berdasarkan data menunjukkan bahwa potensi unggulan peternakan di Distrik Iwaka, Kuala Kencana, Mimika Baru, Mimika Timur dan Wania didominasi oleh ayam kampung (Gallus domesticus) ternak babi (Sus Scrofa), kambing (Capra sp) dan sapi potong (bos sondaicus).

Berdasarkan data populasi ternak di Kabupaten Mimika, diketahui bahwa, ternak ayam buras memiliki populasi tertinggi, hal ini disebabkan karena siklus perkembangbiakan ternak yang cepat mudah dalam pemeliharaan. Untuk  komoditi ternak diatas merupakan komoditi potensial distrik yang apabila dikembangkan dimasa akan datang akan mendukung ekonomi masyarakat serta mampu memenuhi kebutuhan protein hewani selain produk-produk dari perikanan maupun hasil buruan masyarakat terhadap satwa di alam. Populasi tertinggi di dominasi oleh ayam kampung, babi serta kambing dan itik. Berdasarkan hasil survei di lapangan, jumlah populasi ternak seperti ternak babi dan ayam buras hampir dipelihara disemua distrik.  Pelatihan dan bimbingan teknis  oleh penyuluh bagi petani peternak yang kontinyu dan berkesinambungan harus terus dilakukan.

 Tabel diatas juga menunjukkan bahwa jumlah jenis komoditi peternakan masih sangat terbatas dan teknik pengusahaan yang masih tradisional sehingga berdampak pada jumlah populasi ternak yang perlu ditingkatkan melalui pengadaan ternak dan pencegahan penyakit serta di dukung oleh penyuluh lapangan.

 

ANALISIS WILAYAH

a.  Kesesuaian Lahan

Lahan merupakan bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami (natural vegetation) yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan (FAO, 1976). Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas flora, fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang, seperti lahan rawa dan pasang surut yang telah direklamasi atau tindakan konservasi tanah pada suatu lahan tertentu. Penggunaan yang optimal memerlukan keterkaitan dengan karakteristik dan kualitas lahannya. Di Provinsi Papua lahan potensial untuk pertanian seluas 6,19 juta ha telah dimanfaatkan untuk pertanian, kehutanan (HTI), dan usaha pertambangan seluas 549.150 Ha. Dengan demikian lahan yang masih dapat diarahkan untuk pengembangan pertanian seluas 5,6 juta ha.                                Lahan berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan di Papua dibagi dalam tiga kawasan, yakni: (a) kawasan pantai, (b) kawasan dataran rendah dan rawa, dan (c) kawasan pegunungan. Kemampuan ketiga kawasan tersebut cukup potensial dalam mendukung pengembangan komoditas unggulan. Berdasarkan data Litbang Pertanian, 2013, Kabupaten Mimika memiliki kawasan dataran rendah, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2. Lahan di Kawasan Dataran Rendah untuk komoditas Pertanian    Unggulan di Provinsi Papua.

Kawasan Kabupaten

Lahan Potensial (Ha)

Lahan Dimanfaatkan (Ha)

Lahan Tersedia (Ha)

Lahan Pengembangan Peternakan (Ha)

Merauke

2.145.625

250.246

1.895.379

32.439

Boven Digoel

912.933

74.147

838.786

4.634

Mapi

755.371

53.293

702.078

76.464

Asmat

231.709

20.854

210.855

16.220

Mimika

139.025

Tt

139.025

11.585

Total

4.184.663

398.540

3.786.123

141.342

Sumber: Litbang Pertanian, 2012

Berdasarkan tabel 2 diatas, lahan pengembangan untuk komoditas peternakan di kabupaten Mimika mencapai 11.585 Ha, yang diarahkan pada pengembangan ternak ruminansia, kaitannya dengan potensi kesesuaian lahan prospektif pengembangan hijauan pakan ternak (HPT) di lokasi. Jenis pakan ternak yang bisa dikembangkan dan tersedia adalah jenis pakan yang dikonsumsi oleh ternak sapi bali dipadang penggembalaan adalah rumput potong seperti rumput Gajah (Penisetum purpureum), Kolonjono (Brachiaria mutica) dan lamtoro  (Leucaena glauca), sedangkan jenis pakan yang sering di konsumsi rumput potong adalah : Rumput gajah (Penisetum purpureum) dan rumput raja (King grass), kedua jenis rumput ini sangat di sukai ternak sehinga pertumbuhan rumput ini sangat lambat, karena belum tumbuh dengan baik ternak sudah merenggutnya kembali. Hijauan leguminosa yang sedangkan rumput lapangan sudah tersedia.

 

Profil Distrik Amar

Distrik Amar yang beribukota di Kampung Amar, terletak antara 136,4610 Bujur Timur dan 4,4748 Lintang Selatan. Memiliki luas wilayah 1.851,72 km2 atau 8.56 % dari luas wilayah Kabupaten Mimika. Distrik ini memiliki 6 Kampung. Kampung-kampung tersebut yaitu Amar, Kawar, Manuare, Ipiri, Paripi dan Yaraya. Dari 6 kampung di Distrik Amar, Kampung Amar memiliki wilayah terluas (25,18 persen) dan Kampung Manuare sebagai distrik yang terkecil wilayahnya, yaitu hanya 5,58% dari keseluruhan wilayah Distrik Amar. Disebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Paniai, sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arafuru, sebelah barat berbatasan dengan Distrik Mimika Barat dan sebelah timur berbatasan dengan Distrik Mimika Barat Tengah. Distrik Amar terdiri atas enam Kampung yaitu kampung Manuare, Kawar, Amar, Ipiri, Paripi, dan Yaraya. Dari ketujuh kampung tersebut semuanya berstatus kampung swadaya. Jumlah penduduk Distrik Amar pada tahun 2016 adalah 1.928 orang dan terjadi penambahan pada tahun 2017 berjumlah 1.973 orang, terdiri dari 1.031 orang laki-laki (52 persen) dan 942 orang perempuan (48 persen).

Jenis dan Produksi Ternak

Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jenis ternak di Distrik Amar adalah  ternak babi (Sus Scrofa) dan ayam kampung (Gallus domesticus) dan kambing. Populasi ternak masih terdata bersala dari distrik induk yaitu distrik Mimika Barat, sehingga belum bisa ditampilkan.

 

Profil  Distrik Kwamki Narama

Distrik Kwamki Narama yang beribukota di Kelurahan Harapan, terletak antara 1340 56’ 30” Bujur Timur dan 40 18’14” Lintang Selatan. Distrik Kwamki Narama memiliki luas wilayah sebesar 12,9 km2 . Distrik ini memiliki 1 kelurahan dan 9 kampung yaitu Kelurahan Harapan, Kampung Mekurima, Kampung Landum Mekar, Kampung Olaroa, Kampung Bintang Lima, Kampung Damai, Kampung Walani, Kampung Amole, Kampung Lamopi, dan Kampung Tunas Matoa. Wilayah Distrik Kwamki Narama termasuk dalam daerah topografi dataran rendah. Ketinggian rata-rata distrik Kwamki Narama adalah sekitar 100,5 m diatas permukaan air laut.                                                                                              Di bagian utara Distrik Kwamki Narama berbatasan dengan Distrik Kuala Kencana dan Tembagapura, sedangkan di bagian selatan dibatasi oleh Distrik Wania. Untuk di sebelah barat, Distrik Kwamki Narama dibatasi oleh Distrik Iwaka dan berbatasan dengan Distrik Mimika Baru di bagian timur. Distrik Kwamki Narama terdiri atas sembilan kampung dan satu kelurahan yaitu Kelurahan Harapan, Kampung Mekurima, Kampung Landum Mekar, Kampung Olaroa, Kampung Bintang Lima, Kampung Damai, Kampung Walani, Kampung Amole, Kampung Lamopi, dan Kampung Tunas Matoa.

Jumlah penduduk Distrik Kwamki Narama pada tahun 2015 adalah 6.920 orang, terdiri dari 3.639 orang laki-laki (52,58 persen) dan 3.281 orang perempuan (47,42 persen). Sedangkan pada tahun 2017 berjumlah 7.200 orang, terdiri dari 3.800 orang laki-laki (52,78 persen) dan 3.400 orang perempuan (47,22 persen). UntuK populasi ternak di wilayah ini pada tahun 2017, populasi ternak besar yang ada di Distrik Kwamki Narama adalah babi dengan jumlah masing-masing 3.197 ekor.

 

 

 

 

Jenis dan Produksi Ternak

Jenis ternak di Distrik Kwamki Narama adalah  ternak babi (Sus Scrofa)

Tabel 1. Populasi Ternak Distrik Kwamki Narama

 

No

 

Distrik

Jenis Ternak

Sapi

Kambing

Babi

Ayam Buras

    

Tahun                          

2016

 

2017

 

2016

 

2017

 

2016

 

2017

 

2016

 

2017

 

1

Kwamki Narama

 

 

 

 

3106

3197

 

 

Total

 

 

 

 

3106

3197

 

 

Sumber: Dinas Peternakan Kabupaten Mimika, 2017

 

Untuk  komoditi ternak babi merupakan komoditi yang potensial distrik yang apabila dikembangkan dimasa akan datang akan mendukung ekonomi masyarakat serta mampu memenuhi kebutuhan protein hewani selain produk dari perikanan maupun hasil buruan masyarakat terhadap satwa di alam.

Arah Pengembangan Peternakan Kabupaten Mimika

 Keikutsertaan pihak swasta khususnya investor sangat diharapkan untuk tujuan komersial. Selain itu juga peran stakeholder dalam peningkatan produksi sangat diperlukan terutama dengan diadakan pelatihan dan magang menyangkut sistem pemeliharaan ternak, ketersediaan penyuluh lapangan serta pemberian bibit ternak yang sesuai dengan kondisi di daerah. Dalam meningkatkan  pembangunan peternakan di kabupaten Mimika saat ini, perlu dilakukan pendekatan pola kawasan agribisnis berbasis peternakan, sehingga masyarakat di arahkan untuk berpikir bisnis untuk mendapatkan keuntungan. Pengembangan agribisnis peternakan dapat berkembang melalui subsistem Agribisnis Hulu yaitu (up stream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang mengh asilkan peningkatan sarana produksi pertanian &  inovasi teknologi peternakan yang terdiri dari usaha pembibitan yang dilakukan baik swasta, pemerintah maupun peternak.                                        Keterlibatan swasta misalnya, Pemda Kabupaten Mimika untuk menyediakan bibit ternak ayam dan pakan untuk dikembangkan di Mimika. Pemerintah juga dapat memberikan stimulus berupa bantuan ternak sapi, kambing maupun babi dalam bentuk gaduhan ataupun Bantuan Langsung pada Masyarakat  (BLM) untuk di kembangkan di semua lokasi potensi. Penyediaan pakan ternak yang kontinyu harus segera dipikirkan baik berupa hijuan maupun konsentrat ataupun memanfaatkan limbah pertanian dan perikanan sebagai pakan tambahan serta penyediaan obat yang selalu ada. Sub sistem usahatani (on farm agribusiness), dimana pemerintah sudah harus memperhatikan potensi-potensi unggulan ternak yang diprioitas untuk dikembangkan.                                                                                                            Selanjutnya yaitu melakukan kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan, baik dalam bentuk yang siap untuk dimasak atau siap saji (ready to cook/ready to used) atau siap untuk dikonsumsi (ready to eat) beserta kegiatan perdagangannya di pasar domestik selanjutnya ke pasar internasional atau yang biasanya disebut subsistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness). Semuanya dapat terlaksana harus didukung oleh program pemerintah Kabupaten Mimika lewat subsistem jasa layanan pendukung seperti memfasilitasi perkreditan bagi peternak, asuransi, transportasi untuk pemasaran hasil produk, pergudangan, penyuluhan yang baik dan intensif serta kebijakan pemerintah. Pemerintah daerah sebagai penentu kebijakan dalam rangka pengembangan sub sektor peternakan dituntut berperan dalam peningkatan agribisnis peternakan di Kabupaten Mimika dengan arah pengembangan meliputi:

a)   Pola pembangunan infrastruktur transportasi yang memadai terutama   transportasi darat dan aliran sungai. Kebutuhan infrastruktur transportasi  adalah mutlak terkait  dengan pengembangan investasi baik di sektorpeternakan maupun sektor yang lain.

b)   Kemudahan perijinan usaha dan bisnis UKM berbasis ekonomi peternakan

c)   Kredit dan permodalan kepada UKM ternak dan hasil ternak

d)   Pembentukan kelembagaan peternak secara formal

e)   Kemitraan antara peteranak dan stekholder lainnya.

f)     Penetapan pusat-pusat perdagangan dan pemasaran ternak secara lokal, wilayah dan regional.

g)   Meningkatkan jiwa kewirausahaan atau enterpreneurship bagi petani di Kabupaten  Mimika

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

BPS Kabupaten Mimika 2017. Mimika dalam Angka. Mimika

 

Badan Litbang Pertanian. 2012. Laporan Penelitian Arahan Percepatan Pembangunan Pertanian Berbasis Sumberdaya Provinsi Papua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

 

BPS Kabupaten Mimika 2018. Mimika  Dalam Angka. Mimika.

 

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan. 2001. Rencana Strategis dan Program Kerja Pembangunan Produksi Peternakan Tahun 2001 – 2004. Departemen Pertanian, Jakarta.

 

FAO, 1967.  A Framework For Land Evaluation. FAO Soil Bull. No. 32.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar