Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengadaan Biogas Sebagai Energi Alternatif Di Kabupaten Manokwari
Oleh
Lukas Y. Sonbait
Staf Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua
email: Lukas.sonbait@yahoo.com;lukas.sonbait@gmail.com
Pendahuluan
Pemberdayaan masyarakat adalah peningkatan kemampuan dan kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Pemberdayaan sendiri merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus. Pemberdayaan masyarakat antara lain dilakukan melalui partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan memiliki hubungan yang sangat erat satu sama lainnya (Anonim, 2008b). Keberhasilan pembangunan di satu pihak membutuhkan tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi. Di lain pihak, proses pembangunan dapat memberikan kesempatan berpartisipasi dalam menempatkan kekuatan dan sumber daya menjadi lebih dekat, dan lebih jelas, sehingga mudah diatur oleh masyarakat dan pemerintah. Dalam lingkungan dimana budaya partisipasi masyarakat sangat rendah, peran community organizing dapat menjadi langkah awal dalam menciptakan kesempatan yang bersifat rutin dan teratur bagi interaksi masyarakat. Semakin melembaganya partisipasi masyarakat maka tujuan perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat akan semakin jelas terlihat.
Dalam memberdayakan masyarakat, selain dilakukan reorientasi peran pemerintah pusat dan daerah, juga secara sistematis dan konsisten melakukan penyadaran terhadap masyarakat melalui isu-isu lokal yang sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan mereka. Isu-isu lokal yang di angkat dalam tulisan ini ada pemafaatan biogas sebagai energi alternatif di masyarakat transmigrasi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah keterlibatan Perguruan Tinggi di Manokwari dalam hal ini Fakultas Peternakan UNIPA sebagai Community Organizing dengan melakukan Tri Dharma Perguruan Tinggi terutama pada bidang pengabdian pada masyarakat yang melibatkan Tim Perguruan Tinggi, bekerjasama dengan Dinas Peternakan Kabupaten Manokwari dan Dinas Pertanian Peternakan dan Ketahanan Pangan Provinsi Papua Barat yang peduli terhadap masalah lingkungan. Dalam pelaksanaanna lebih bersifat partisipatoris sehingga mampu menumbuhkan kemampuan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam tulisan ini lebih difokuskan pada pembangunan masyarakat peternakan sebagai salah satu faktor produksi yang penting untuk menunjang kemandirian masyarakat.
Keadaan Umum Kabupaten Manokwari
Distrik Prafi merupakan salah satu distrik kabupaten Manokwari. Merupakan distrik dengan mayoritas penduduknya berasal dari jawa (warga transmigrasi). kampung yang dilibatkan dalam program biogas adalah Aimasi dan Udapi Hilir. Letaknya kedua kampung ini sekitar 60 km dari Kota Manokwari, ibukota Provinsi Papua Barat. Daerah ini sekarang merupakan salah satu tempat percontohan pembangunan pertanian di Manokwari. Mata pencaharian utama penduduknya adalah bertani dengan mengusahakan tanaman-tanaman pertanian seperti padi, kedelei, sayur-sayuran dan buah-buahan. Tidak semua kepala keluarga di daerah transmigrasi memelihara sapi. Ternak Sapi merupakan salah satu ternak yang dijadikan usaha sambilan bagi para petani. Tingkat kepemilikan sapi bagi penduduk yang mengusahakan ternak ini adalah 3-5 ekor. Pola pemeliharaan pada umumnya dilakukan secara semi intensif yaitu dengan mengandangkan dan mengikat sapi-sapi di daerah padang penggembalaan. Kandang dibangun di belakang rumah yang berdekatan dengan rumah-rumah penduduk lain. Pola pemeliharaan yang seperti ini mengakibatkan pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah kotoran ternak.
Latar Belakang Program
Program pengadaan Digester biogas percontohan sebenarnya merupakan program pemerintah (Bottom up) yang diturunkan yang harus melibatkan beberapa pihak. Salah satunya adalah kalangan akademisi di bidang peternakan dalam hal ini Fakultas Peternakan Universitas Papua sebagai mitra dengan pemerintah daerah kabupaten Manokwari. Dalam pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui pengadaan biogas dilakukan dengan syarat setiap mereka yang terlibat harus mempunyai kelompok tani. Dipilihnya prafi sebagai daerah sasaran program dengan alasan melimpahnya jumlah feses di daerah transmigrasi yang harus segera diatasi untuk menanggulangi pencemaran lingkungan dan menyebarnya penyakit pada manusia yang diakibatkan oleh lalat maupun parasit. Selain itu diketahui bahwa meningkatnya jumlah ternak sapi pada tahun 2007 sebesar 17.383 ekor dan tahun 2008 meningkat menjadi 19.809 ekor di Manokwari (Anonim, 2008a) menyebabkan banyak masalah lingkungan. Berdasarkan penjelasan diatas maka diturunkan suatu program pengadaan digester biogas pada masyarakat di daerah Prafi dengan melihat potensi ternak serta kesediaan aparat dan masyarakat untuk terlibat alam program tersebut, dengan harapan mampu menjawab masalah krisis energi sekaligus mencari solusi untuk meringankan beban masyarakat setempat, sekaligus sebagai proses pendidikan non formal kepada masyarakat.
Tujuan
Dalam melakukan penggorganisasian kepada masyarakat, dilakukan Penyuluhan dilakukan oleh Tim dari lembaga perguruan tinggi maupun dari Pemda Kabupaten Manokwari Bertujuan untuk:
1. Mendapatkan paket teknologi yang tepat sesuai lingkungan setempat untuk menyediakan sumber pupuk organik dan sumber energi;
2. Membimbing petani untuk secara mandiri mampu mengatasi masalah melimpahnya feses guna dijadikan sebagai sumber pupuk organik dan energi.
3. Mengorganisir kelompok masyarakat dan memberdayakannya sesuai dengan sasaran yang disepakati;
4. Institusi mampu mendekatkan diri dan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat disekitarnya;
5. Memperoleh umpan balik dari kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka perencanaan darma pengabdian kepada masyarakat;
- Terbinanya hubungan kerjasama antara masyarakat sebagai mitra dan pemerintah daerah dan pihak perguruan tinggi
Langkah-langkah dilapangan.
Pengorganisasian masyarakat yang dilakukan Masyarakat transmigrasi Distrik Prafi Kabupaten Manokwari bersifat penyadaran masyarakat terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi yang dilakukan adalah pemerintah daerah dan pihak perguruan tinggi melakukan rencana dan strategi dengan melihat potensi Prafi sebagai daerah dengan populasi sapi yang tinggi namun belum memanfaatkan feses sebagai energi alternatif. Selanjutnya melakukan proses groundwork yaitu proses dialogis dan transformasi pengetahuan kepada masyarakat tentang pembuatan dan pemanfaatan biogas. Pendekatan yang dilakukan adalah bekerjasama dengan kelompok-kelompok yang memperoleh bantuan ternak maupun memiliki ternak sendiri. dengan melakukan dialog di Balai Kampung. Dalam dialog tersebut disampaikan pandangan, impian, analisis, kepercayaan, prilaku yang berkaitan dengan isu/persoalan yang dikeluhkan oleh masyarakat serta mencari solusinya. Proses ini bertujuan untuk memastikan keterlibatan kelompok dalam melakukan analisa, pemecahan masalah, dan aksi bersama untuk memecahkan permasalahan tersebut. Selanjutnya dilakukan rapat-rapat, roleplay serta melakukan mobilisasi terhadap permasalahan/isu kelangkaan BBM di masyarakat dengan melakukan negoisasi dan dialog disertai dengan taktik-taktik yang telah dipersiapkan. Terkait dengan permasalahan eco-socio-environmental ini bisa berupa tindakan mobilisasi anggota dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam memulai pembuatan digester biogas untuk menjawab yang dapat menyelesaian permasalahan mereka.
Tahap-Tahap dan pendekatan dalam Masyarakat.
a. Sosialisasi Program Pembuatan Biogas
Sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah daerah Kabupaten Manokwari dan pihak universitas dilaksanakan dengan maksud memberikan penjelasan mengenai konsepsi dasar, tujuan, sasaran, prinsip-prinsip, kebijakan serta proses dan mekanisme dalam pengerjaan dan pembuatan unit biogas. Pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan sosialisasi adalah masyarakat, toko agama, Bamuskam, Petugas Penyuluh, kepala kampung dan aparatnya yang berada dilokasi kegiatan program, pendamping maupun pihak Perguruan Tinggi. Setelah dilakukan sosialisasi dilakukan perencanaan bersama masyarakat (PMB) untuk melaksanakan rencana pelaksanaan kegiatan.
b. Menentukan Kelompok
Dalam pemberian Program, dipilih 3 kelompok tani yaitu dilokasi kegiatan yaitu Kelompok Tani Darusalam, Hatam Moile dan Santo Kristoporus dengan jumlah Anggota masing-masing 10 orang. Dipilihnya kelompok ini dengan kriteria; memiliki sapi, memiliki kandang serta bersedia menyediakan sebidang tanah untuk dibuat digester. Dengan adanya kendala minimnya dana dalam pengadaan program karena mendatangkan tenaga ahli dari luar Papua dalam pembuatan digester biogas merupakan kendala program ini tidak bisa menyentuh semua lapisan masyarakat. Perlu diketahui untuk pembuatan 1 unit digester biogas membutuhkan dan hingga Rp. 20 juta/Unit.
b. Memberikan Penyuluhan
Tahap-tahap diatas dilakukan CO dalam hal ini pemerintah daerah dan pihak perguruan tinggi di daerah transmigrasi Prafi kabupaten Manokwari adalah memberikan penyuluhan serta tranformasi ilmu pengetahuan sehingga mereka mampu memanfaatkan feses sapi yang tidak bernilai menjadi sumber energi alternatif sehingga berdampak pada berkurangnya pencemaran lingkungan akibat dimanfaatkannya feses sapi sebagai sumber gasbio, Berkurangnya pemakaian kayu bakar sebagai sumber energi dan terjadinya peningkatan pemakaian pupuk organik, Petani mampu secara mandiri atau kelompok mengelola feses sapi untuk dijadikan sumber gasbio, Petani mampu secara mandiri menularkan pengetahuannya kepada petani di kampung lain untuk melakukan kegiatan yang serupa, Tersedianya unit gasbio di daerah transmigrasi sebagai sumber energi dan pupuk, meningkatnya kesehatan masyarakat di daerah transmigrasi, berkurangnya ketergantungan pupuk anorganik karena pasokan yang murah dari produk sampingan gasbio serta peningkatan keuntungan petani dengan penggunaan pupuk organik produk lokal.
c. Pelaksanaan dan hasil
Dalam Pelaksanaan kegiatan pembuatan digester biogas, dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan masyarakat penerima program dan mampu berjalan hingga digester selesai dibuat dengan baik dan menghasilkan gasbio. Hasil yang diperoleh mampu dijadikan sebagai penerang, memasak bahkan sebagai pupuk bagi tanaman palawija kelompok penerima program biogas
Pelaku-pelaku Pengorganisasian Masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan dimasyarakat khususnya masyarakat transmigrasi distrik prafi adalah adanya peran dari berbagai pihak dalam hal ini pemerintah daerah Provinsi Papua Barat maupun Kabupaten Manokwari sebagai penanggungjawab dalam upaya mensejahterakan masyarakatnya. pemerintah telah melakukan kegiatan pengembangan masyarakat melalui penyelenggaraan program-program pembangunan diantaranya adalah pembuatan biogas. Selaian itu, pemerintah, sebagai pemegang kekuasaan yang dimandatkan oleh warganya, membuat berbagai regulasi yang ditujukan kepada terciptanya kehidupan masyarakat yang sejahtera.
Dalam menjalankan fungsinya, pemerintah kabupaten Manokwari melakukan kerjasama dengan lembaga lain atau pun menuntut lembaga lain untuk menyelenggarakan pengembangan masyarakat diantaranya adalah Agen dalam hal ini pihak perguruan tinggi sebagai community organizing yang memiliki kesadaran yang tinggi dan kepedulian yang sangat besar terhadap pengembangan masyarakat serta masyarakat di daerah transmigrasi Prafi sendiri sebagai sasaran memiliki kedudukan yang sangat strategis. Mereka tidak dipandang sebagai obyek kegiatan yang hanya akan menerima hasil kegiatan pengembangan masyarakat, melainkan sebagai pihak yang harus turut menentukan dalam kegiatan tersebut. Hal itu terbukti dengan peran serta mereka dalam mengikuti dialog, rapat-rapat maupan pada proses pembuatan biogas. Selain itu peran kepala kampung sangat penting sebagai pembina dan penasehat program diatas. Selain itu, peran tim tiga tungku (3T) yang terdiri dari unsur pemerintah kampung, toko adat dan toko agama sangat penting dalam memotivasi masyarakat serta menumbuhkan kesadaran mulai dari tahap persiapan, perencanaan hingga pelaksanaan dan pelestarian program sangat diperlukan (Hosio, 2009)
Kelemahan Program dilapangan
- Partisipasi.
Masyarakat Prafi kabupaten Manokwari belum secara maksimal berperan aktif terhadap program yang dijalankan. Masih banyak yang merasa kurang dilibatkan karena digester/program pembuatan biogas yang dibuat hanya untuk kelompok-kelompok tertentu, serta masih banyak yang tetap melakukan kebiasaan lama seperti mancari kayu dihutan tanpa memanfaat inovasi yang ditawarkan. Pengorganisasian masyarakat harus diupayakan keterlibatan semua pihak terutama masyarakat kelas bawah. Partisipasi yang diharapkan adalah partisipasi aktif dari anggota sehingga akan melahirkan perasaan memiliki dari program yang akan di kerjakan bersama-sama. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku (Soetomo, 2008).
Keterbukaan
Belum adanya keterbukaan dari semua pihak, sehingga ada pihak yang merasa tidak dilibatkan dengan program yang diturunkan sehingga menyebabkan perpecahan dan organisasi masyarakat yang telah dibangun. Sehingga masih banyak masyarakat yang merasa dampak positf dari program tersebut walaupun sudah diupayakan secara maksimal.
- Keberpihakan
Pengorganisasian masyarakat harus menitikberatkan pada lapisan bawah yang selama ini selalu dipinggirkan, sehingga yang menjadi basis pengorganisasian adalah masyarakat kelas bawah, tanpa mempunyai prioritas keberpihakan terhadap masyarakat kelas bawah seringkali pengorganisasian yang dilakukan terjebak pada kepentingan. Untuk wilayah kabupaten Manokwari program Biogas masih dilakukan pada masyarakat transmigrasi sebagai contoh, sehingga diharapkan program ini ditularkan kepada masyarakat lokal. Dengan demikian semua program pemerintah dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
- Desentralisasi Pada umumnya program yang diturunkan sudah memberi tanggungjawab dan kewenangan yang penuh pada warga untuk mengelola program secara mandiri. Masyarakat sudah mengetahui maksud dan tujuan program yang dijalankan, merencanakan dan mengelolah namun masih ada saja kendala dalam mempertanggungjawabkan pengelolahan dana dan fasilitas yang diberikan serta memelihara dan melestarikan program yang telah diberikan.
- Pembelajaran bersama
Program pembuatan digester biogas belum dilakukan secara berkesinambungan karena mahalnya pembuatan digester, selain itu masih didatangkan tenaga ahli dan belum banyak masyarakat mau terlibat atau menyerap ilmu dari tenaga tersebut, sehingga diharapkan ada peran pemerintah, masyarakat dan pendamping serta pelaku lainnya sehingga masyarakat bisa mandiri dalam proses pelaksanaan program atau masyarakat menentukan sendiri program lain yang layak dikembangkan di daerah mereka dengan melihat potensi yang ada untuk dikembangkan.
f. Kesetaraan.
Menurut Kuntowijoyo (2006), Budaya yang sangat menghambat perubahan masyarakat adalah tinggalan budaya feodal. Oleh sebab itu pembongkaran budaya semacam ini bisa dimulai dengan kesetaraan semua pihak, sehingga tidak ada yang merasa lebih tinggi (superior) dan merasa lebih rendah (inferior), hal itu masih banyak ditemukan bahwa ada masyarakat Prafi, ada yang merasa rendah bahkan tidak mampu bersaing dengan lainnya, sehingga masih ada yang takut terlibat dalam program. Diharapkan setiap program yang akan turun benar-benar melibatkan semua lapisan masyarakat dengan tidak memandang status sosial.
Solusi dan Harapan
Dalam Menjalankan tugasnya community organizing belum banyak memberikan masukan yang nyata menyangkut program yang dijalankan, karena program pengadaan biogas belum lama dikembangkan di Papua yang masih kaya akan kekayaan alam, selain itu masih terfokus pada kelompok dengan kriteria tertentu, khusus pihak universitas harus tanggap dengan masalah mendasar di masyarakat dan mau bekerjasama dengan pemerintah daerah mencari solusi program peternakan yang baik untuk daerah Papua, karena masalah di Papua sangat kompleks dan butuh metode pemberdayaan masyarakat yang terarah sehingga perlu melibatkan semua stakeholders di daerah. Dengan diberlakukannya Otonomi khusus di Papua diharapkan program yang disusun oleh pemerintah harus bermartabat dan ada perhatian serius dari pusat serta pemikiran positif dari kaum elit papua dalam penyusunan program dalam membangun masyarakat (Antoh, 2008). Persoalannya adalah strategi pembangunan yang diterapkan selama ini belum sampai menyentuh pada apa yang menjadi kebutuhan masyarakat (needs), namun lebih memprioritaskan pada apa yang menjadi keinginan pengambil kebijakan (wants) program yang turun masih banyak bersifat Top Down dan tingkat partisipasi masyarakat terhadap program yang rendah, selain itu yang diinginkan oleh masyarakat belum secara baik di tanggapi pemerintah sehingga banyak program yang diturunkan namun hanya sedikit yang berhasil. Diharapkan dimasa yang akan datang semua harus bekerjasama sehingga setiap program mampu membawa kesejahteraan masyarakat.
Kesimpulan
1. Pada dasarnya Program Pemberdayaan masyarakat merupakan program yang susah dijalankan apabila keterlibatan semua pihak dilapangan tidak dilakukan. Pendekatan pengembangan masyarakat yang dilakukan di masyarakat transmigrasi Distrik Prafi Kabupaten Manokwari belum maksimal walaupun sudah program tersebut berhasil. Hal ini disebabkan karena masyarakat lebih dijadikan obyek dari program. Selain itu keberlanjutan program harus dilakukan secara subtainability sehingga hasilnya tetap dirasakan dan dilestarikan untuk generasi yang akan datang.
2. Metode yang dipergunakan dalam pengorganisasian masyarakat adalah pengembangan kesadaran dan pemahaman untuk bertindak sesuai dengan kenyataan, partisipasi aktif, pendidikan berkelanjutan, pembentukan dan penguatan pengorganisasian masyarakat. Dalam metode ini perlu keterlibatan semua stakeholder yang terlibat dalam program sehingga semuanya memiliki rasa tanggungjawab dalam pelaksanaan program tersebut.
Daftar Pustaka
Anonim, 2008a. Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Peternakan Provinsi Papua Barat. Manokwari
Antoh, Demmy. 2008, Menggugat Implementasi Otsus Papua. Pusat Pengkajian Pembangunan Papua. Sorong
Hosio, J.E. 2009, Papua Barat dalam Realitas politik NKRI, Cetakan Pertama, Laksbang Mediatama, Yogyakarta
Kuntowijoyo. 2006, Budaya dan Masyarakat. Tiara Wacana, Yogyakarta
Soetomo. 2008, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar